Gambaran penggunaan antikoagulan pada pasien ST-Elevatıon Myocardıal Infarctıon (STEMI)
DOI:
https://doi.org/10.57174/jborn.v2i1.15Kata Kunci:
Antikoagulan, infark miokard akut, penyakit jantung koroner, STEMIAbstrak
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbanyak. ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI) salah satu klasifikasi dari Infark Miokard Akut (IMA). IMA timbul dari kerusakan permanen pada otot jantung karena suplai oksigen yang tidak mencukupi. Adanya IMA dapat merusak fungsi sistol dan diastol, serta menambah kejadian yang tidak diharapkan seperti aritmia pada pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat penggunaan antikoagulan pada pasien STEMI yang menggunakan terapi fibrinolitik. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan melihat catatan medis pasien STEMI yang menjalani rawat inap di RS “X” kota Tarakan periode 2017-2018. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua pasien STEMI menerima terapi antikoagulan. Sebanyak 92,31 % menggunakan enoxaparin dan 7,69 % pasien menggunaan fondaparinux dengan karakteristik pasien sebanyak 12 penyakit penyerta. Pemberian antikoagulan pada pasien STEMI membantu menjaga kondisi arteri setelah proses reperfusi ketika telah diberikan fibrinolitik sehingga tidak menyebabkan terjadinya reoklusi.
Unduhan
Referensi
Kemenkes. 2017. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Online]. Available at: www.depkes.go.id [Accesed: 5 December 2021]
Esther, C. 2009. Patofisiologis: Aplikasi pada Keperawatan. Jakarta: EGC.
Malau MA. Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Tingkat Hipertensi Di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juni-Desember 2010 (diunduh 6 Desember 2021).
Depkes Litbang. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta
Hanna B, Glancy DL, Saucedo JF. Antiplatelet and anticoagulant therapies in acute coronary syndromes. Cardiovasc Drugs Ther. 2010; 24:61-70
PERKI, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia., (2014). Pedoman Penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut. Jurnal Kardiologi Indonesia.
Price, Sylvia A. & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit 6th ed. Jakarta: EGC.
Perkeni, 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia 2006, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Jakarta
Kemenkes. 2018. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Online]. Available at: www.depkes.go.id [Accesed : 5 December 2021]
Antman EM, Cohen M, et al. Assessment of the treatment effect of enoxaparin for unstable angina/ non-Q-wave myocardial infarction: TIMI 11B-ESSENCE meta- analysis. Circulation. 1999; 10015:1602–8.
Fox, K., White, H.D., Gersh, B. & Opie, L.H., 2013. Antithrombotic Agents: Platelet Inhibitors, Acute Anticoagulants, Fibrinolytics, and Chronic Anticoagulants. In Drugs For The Heart. Eighth Edition ed. Philadelphia: Saunders Elsevier Inc. pp.378-87.Fitchett, D. 2007. Clinical Trial Update: Focus on the ONTARGET Study. Vasc Health Risk Manag, 3(6): 901–8
Antman, E., Braunwald, E. & Loscalzo, J., 2010. ST Segment Eelevation Myocardial Infarction. In Harisson’s Cardiovascular Medicine. New York: Mc Graw Hill Inc.
Bassand, J. P. (2007). Guideline for the Diagnosis and Treatment of Non-ST- Segment Elevation Acute Coronary Syndromes. Europen Society of Cardiology; 28; 1598-1660.
Simoons, M. L., Bobbink, I. W., Boland, J., Gardien, M., Klootwijk, P., Lensing, A. W., Ruzyllo, W., Umans, V. A., Vahanian, A., Werf, V. D. F. & Zeymer, U. (2004). A Dose-Finding Study of Fondaparinux in Patients With Non–STSegment Elevation Acute Coronary Syndromes. Journal of the American College of Cardiology; 43; 2183-2190.

Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
##category.category##
Lisensi
Hak Cipta (c) 2022 Rizqa Aulia Rahmah, Irma Novrianti, Syuhada

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Semua artikel yang dimuat di Jurnal Borneo memiliki hak cipta yang dipegang oleh penulis. Artikel dilisensikan berdasarkan ketentuan CC Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0