Farmasi

57 Items

All Items

  • Pengelolaan sedıaan metadon pada Program Terapı Rumatan Metadon (PTRM) dı satelıt pelayanan PTRM

    Julaeha Julaeha, Nunung Priyatni, Rustamaji Rustamaji
    8-19
    Abstract: 350

    Abstract

    Methadone is a type of synthetic narcotic that is used as substitution therapy in the Methadone Maintenance Therapy Program (MMTP). Therefore, methadone must be treated as narcotics in general. Pharmacists in MMTP have responsibility for the management of methadone. This study aims to evaluate the suitability of the management of methadone preparations at the MMTP satellite service in the Special Region of Yogyakarta (DIY) based on the MMTP guidelines issued by the Ministry of Health which include requests, storage, dispensing, and reporting of methadone use. This study is a mixed-methods study (qualitative and quantitative) with prospective data collection. The quantitative measurement instrument in the study was in the form of a checklist table for the suitability of methadone management based on applicable guidelines. Qualitative data sourced from interviews with MMTP officers. The results of this study indicate that the demand, storage, and reporting of the use of methadone are in accordance with the MMTP service guidelines. However, for the dispensing of methadone on the MMTP service satellites, it is still carried out by health workers other than pharmacists.

  • Laporan kasus selulitis pedis pada diabetes melitus tipe 2 dengan terapi antibiotik dan insulin

    Julaeha Julaeha, Nadya Farisma
    20-25
    Abstract: 3418

    Abstract

    Diabetes mellitus (DM) is called the silent killer which can cause microvascular and macrovascular complications. Cellulitis is a form of microvascular complication of uncontrolled DM. A 49-year-old female patient came to the hospital with complaints of sores and pain in the right big toe. The patient has a history of type 2 diabetes mellitus, with the result of a current blood sugar level of 582 mg/dL. The patient received insulin therapy novorapid® and levemir®, paracetamol injection, ceftriaxone injection, metronidazole injection and amlodipine. From the results of monitoring drug therapy, administration of combination therapy with antibiotics and insulin is the right and safe choice of therapy in overcoming gangrenous infections with uncontrolled blood glucose conditions. However, in monitoring drug therapy, it was found that there was a potential for minor drug interactions between metronidazole and paracetamol. Metronidazole can increase the level or effect of paracetamol by affecting the metabolism of the liver enzyme CYP2E1 so there must be a delay in administration. Topical antibiotics should be considered in the long-term treatment of complications of cellulitis pedis in type 2 DM patients.

  • Description of the Use of Antıhıpertensı in ST-Elevatıon Myocardıal Infractıon Patients

    Khofifah aulia, Irma Novrianti, Jufri Ubrusun
    34-43
    Abstract: 211

    Abstract

    ST-Elevation Myocardial Infraction (STEMI) is caused by several factors, mainly due to cardiovascular disorders. There are several complaints from STEMI, such as chest pain, elevated enzymes, and ST elevation on electrocardiogram examination. One of the major factors in the occurrence of STEMI is hypertension. The more severe the hypertension condition will slowly damage the blood vessel walls causing swelling, which leads to STEMI. This study aimed to see the use of antihypertensives in stemmy patients who were using fibrinolytic therapy. This research method is descriptive retrospective by looking at the medical records of STEMI patients who received antihypertensive treatment at the Emergency Room (ER) and were hospitalized at Tarakan City "X" Hospital for the 2017-2018 period. Based on the research, it was found that 55 patients used antihypertensives. The highest classification of blood pressure when admitted to the hospital was in stage II conditions based on JNC VII in 15 people (27.28%), and the classification of blood pressure when leaving the hospital was found to be in normal condition in 23 people (41.82%). The most antihypertensive used in "X" Hospital in Tarakan city is the ACE-Inhibitor group, namely captopril, with a percentage of 10.90% in the ER, and the Beta blocker group, namely bisoprolol fumarate with a percentage of 65.46% in the Inpatient Room.

  • Perbandingan potensi antibiotik tablet amoxicillin generik dari beberapa produsen yang beredar di kota Tarakan

    Benazir evita rukaya, Sari Wijayanti
    36-44
    Abstract: 1438

    Abstract

    Persepsi masyarakat tentang kemanjuran, keamanan dan kualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain merek, kemasan, harga obat dan isu peredaran obat palsu atau kualitas obat dibawah standar. Persepsi negatif yang ada, bukan hanya terkait perbandingan kualitas obat generik dan paten, namun perbandingan kualitas obat generik yang diproduksi oleh produsen yang berbeda dan dengan kemasan yang berbeda juga terjadi. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan pembuktian sederhana terkait kesetaraan potensi obat generik, dengan membandingkan daya hambat tablet amoxicillin generik dari beberapa produsen. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan potensi penghambatan tablet amoksisilin generik yang beredar di Kota Tarakan terhadap pertumbuhan bakteri uji. Uji aktivitas antibakteri amoksisilin dari 3 pabrik yang berbeda dengan konsentrasi 16 g/100µl terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dilakukan dengan metode sumuran. Amoksisilin (x), (y), dan (z) digunakan sebagai bahan uji dan aquadest steril sebagai kontrol negatif. Penentuan potensi dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat yang terlihat pada media Mueller Hinton Agar (MHA) yang telah diberi intervensi. Hasil yang diperoleh akan dianalisis menggunakan software SPSS dengan uji Post Hoc-Tukey. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Amoksisilin (x), (y), dan (z) memiliki potensi yang sama dengan signifikansi > 0,05 untuk kedua bakteri uji dengan ukuran zona hambat rata-rata 25 mm terhadap Staphylococcus aureus dan 34 mm terhadap Escherichia coli. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tablet amoksisilin generik yang beredar di Kota Tarakan memiliki potensi yang sama untuk kedua bakteri tersebut.

  • The Ujı efektıvıtas ekstrak daun pacıng (Costus speciosus) terhadap penyembuhan luka sayat pada hewan uji kelinci (Oryctolagus cuniculus)

    Irma Novrianti, Sidar Nengsi, Sari Wijayanti
    19-26
    Abstract: 511

    Abstract

    Luka adalah keadaan dimana terjadi kerusakan jaringan tubuh yang mengganggu proses seluler normal yang melibatkan jaringan ikat, otot, dan kulit syaraf.  Banyak tumbuhan herbal yang telah dilaporkan memiliki efektifitas dalam penangan luka, salah satunya adalah tumbuhan pacing (Costus speciosus) baik akar maupun daun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan konsentrasi dari daun pacing yang dapat menyembuhkan luka sayat pada hewan uji kelinci. Ekstrak daun pacing diperoleh dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hewan uji yang digunakan adalah Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Setiap hewan uji dibuat 5 kelompok, yaitu konsentrasi ekstrak 5%, konsentarsi ekstrak 10%, konsentrasi ekstrak 20%, kontrol negatif (basis gel), dan kontrol positif (salep betadin®). Setiap punggung kelinci dibuat menjadi 3 daerah yang telah dicukur dan diberikan sayatan pada daerah tersebut sepanjang 1 cm dengan kedalaman 0,3 cm. Pengukuran panjang luka sayat dilakukan setiap hari selama 7 hari, hasil pengukuran akan digunakan untuk perhitungan persentase kesembuhan yang kemudian akan dianalisis menggunakan metode Kruskal Wallis dan dilanjutkan menggunakan uji Mann-Whitney. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelompok konsentrasi ekstrak 20% menunjukkan penyembuhan luka paling baik sebesar  91% dengan panjang luka 0,09 cm pada hari ke-7 dengan nilai p sebesar 0,016. Nilai ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persentase penyembuhan luka sayat pada setiap kelompok hewan uji. Senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol  daun pacing adalah senyawa flavonoid, tanin dan saponin. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun pacing (Costus speciosus) memiliki efektifitas dalam penyembuhan luka sayat pada hewan uji.

  • Gambaran penggunaan obat antıhıpertensı lini pertama dı apotek rawat jalan Rumah Sakit “X” Tarakan tahun 2019

    Syuhada Syuhada, Benazir evita rukaya, Indah Lestari
    11-18
    Abstract: 1819

    Abstract

    Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi baik secara global maupun nasional. Tingginya prevalensi hipertensi akan berdampak terhadap penggunaan obat-obat antihipertensi terutama antihipertensi lini pertama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan obat antihipertensi lini pertama yang diresepkan di apotek rawat jalan Rumah Sakit “X” Tarakan. Data yang digunakan adalah seluruh data peresepan obat yang didapatkan melalui SIMRS apotek rawat jalan Rumah Sakit “X” Tarakan periode Januari-Desember tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif dengan analisis deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan peresepan obat antihipertensi lini pertama yang digunakan adalah candesartan, amlodipin, ramipril, captopril, lisinopril, telmisartan, nifedipin, nicardipin, irbesartan, dan diltiazem dengan total jumlah 9,248% darti total peresepan. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan frekuensi peresepan golongan obat antihipertensi lini pertama terbanyak adalah ARB (4,29%), CCB (3,62%), dan ACEI (1,35%) dari total 260.821 item resep.

  • Ujı aktıvıtas anthelmıntık ekstrak etanol rımpang pacıng (Costus speciosus (Koen.) Sm.) terhadap cacıng tanah (Lubricus rubellus)

    Benazir evita rukaya, Syuhada Syuhada, Dewi Puspita Sari
    27-35
    Abstract: 581

    Abstract

    Prevalensi masyarakat yang mengalami kecacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada masyarakat yang kurang mampu dengan sanitasi yang buruk. Pemberian anthelmintik herbal merupakan solusi alternatif yang aman mengingat banyaknya anthelmintik konvensional yang telah mengalami penurunan efektivitas akibat meningkatnya kasus resistensi khususnya di Indonesia. Pacing (Costus Speciosus) merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai anthelmintik dengan senyawa bioaktif berupa flavonoid (proantosianidin dan antosianin), glutathione, β-karoten, α-tokoferol, asam askorbat, senyawa fenol, tricontanoic curcumin, gracillin, sitosterol-β-D-glukosida, tricontanoic dan dioscin. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian anthelmintik untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol rimpang pacing dalam menghambat aktivitas cacing tanah (Lumbricus rubellus). Uji aktivitas antelmintik ekstrak etanol rimpang pacing dilakukan dengan menggunakan metode in-vitro. Pengujian diawali dengan membuat 5 kelompok perlakuan yang masing-masing diberi 3 ekor cacing tanah dengan 3 replikasi. Kelompok perlakuan 1,2 dan 3 diberikan ekstrak etanol rimpang pacing masing-masing sebesar 5%, 7,5% dan 15% sedangkan untuk kelompok 4 diberikan NaCMC 0,5% dan kelompok 5 diberikan Mebendazole 2%. Pengamatan aktivitas anthelmintik dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan sampel uji untuk melumpuhkan (paralisis) dan mematikan (mortalitas) cacing tanah selama 3 jam perlakuan. Adapun hasil penelitian yang diperoleh yaitu waktu paralisis cacing tanah selama perlakuan pada kelompok 1,2,3,4 dan 5 adalah 27,2±3,7 menit, 11,7±0,3 menit, 14,6±0,02 menit, 98,3±2,5 menit dan 63,6±48,5 menit. Sedangkan waktu mortalitas cacing tanah selama perlakuan pada kelompok 1,2,3,4 dan 5 adalah 63,2±6,8 menit, 30,3±0,0 menit, 29,2±0,0 menit, 116,3±43,3 menit dan 105±10,7 menit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang pacing memiliki aktivitas antelmintik dengan potensi yang sangat kuat, dimana waktu yang dibutuhkan ekstrak untuk melumpuhkan dan mematikan cacing tanah lebih cepat dibandingkan dengan kontrol positif (mebendazole 2%).

51-57 of 57